Kumpulan Puisi Karya Widji Thukul
Kumpulan Puisi Karya Widji Thukul
BUNGA DAN TEMBOK
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka
membangun
Rumah dan merampas
tanahSeumpama bunga
Kami adalah bunga yang
tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka
membangun
Jalan raya dan pagar
besiSeumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami
sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar
biji-biji
Suatu saat kami akan
tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau
harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus
tumbang!
SUKMAKU MERDEKA
Tidak tergantung kepada
Departemen Tenaga Kerja
Semakin hari semakin
nyata nasib di tanganku
Tidak diubah oleh
siapapun
Tidak juga akan dirubah
oleh Tuhan Pemilik Surga
Apakah ini menyakitkan?
entahlah !
Aku tak menyumpahi rahim
ibuku lagi
Sebab pasti malam tidak
akan berubah menjadi pagi
Hanya dengan
memaki-makiWaktu yang diisi keluh akan berisi keluh
Waktu yang berkeringat
karena kerja akan melahirkan
Serdadu-serdadu
kebijaksanaan
Biar perang meletus kapan
saja
Itu bukan apa-apa
Masalah nomer satu adalah
hari ini
Jangan mati sebelum
dimampus takdirSebelum malam mengucap selamat malam
Sebelum kubur mengucapkan
selamat datang
Aku mengucap kepada hidup
yang jelata
M E R D E K A..!!!!
SEHARI SAJA KAWAN
Satu kawan bawa tiga
kawan
Masing-masing nggandeng
lima kawan
Sudah berapa kita punya
kawanSatukawan bawa tiga kawan
Masing-masing bawa lima
kawan
Kalau kita satu pabrik bayangkan
kawanKalau kita satu hati kawan
Satu tuntutan bersatu
suara
Satu pabrik satu kekuatan
Kita tak mimpi
kawan!Kalau satu pabrik bersatu hati
Mogok dengan seratus
poster
Tiga hari tiga malam
Kenapa tidak kawan
Kalau satu pabrik satu
serikat buruh
Bersatu hati
Mogok bersama sepuluh
daerah
Sehari saja kawan
Sehari saja kawan
Sehari saja kawan
Kalau kita yang
berjuta-juta
Bersatu hati mogok
Maka kapas tetap terwujud
kapas
Karena mesin pintal akan
mati
Kapas akan tetap berwujud
kapas
Tidak akan berwujud
menjadi kain
Serupa pelangi pabrik
akan lumpuh mati
Juga jalan-jalan
Anak-anak tak pergi
sekolah
Karena tak ada bis
Langit pun akan sunyi
Karena mesin pesawat
terbang tak berputar
Karena lapangan terbang
lumpuh mati
Sehari saja kawan
Kalau kita mogok kerja
Dan menyanyi dalam satu
barisan
Sehari saja kawan
Kapitalis pasti kelabakan
LEUWIGAJAH MASIH HAUS
leuwigajah tak mau
berhenti
dari pagi sampai pagi
bis-bis-mobil pengangkut
tenaga murah
bikin gemetar jalan-jalan
dan debu-debu tebal
membumbungmesin-mesin tak mau berhenti
membangunkan buruh tak
berkamar-mandi
tanpa jendela tanpa
cahaya matahari
jejer berjejer alas tikar
lantai dinding dingin
lembab pengapmulut lidah-lidah penghuni rumah kontrak
terus bercerita buruk
lembur paksa sampai pagi
tubuh mengelupas-jari
jempol putus – upah rendah
mogok – pecat
seperti nyabuti bulu
ketiaktubuh-tubuh muda
terus mengalir ke
leuwigajah
seperti buah-buah disedot
vitaminnya
mesin-mesin terus
menggilas
memerah tenaga murah
satu kali duapuluhempat
jam
masuk – absen – tombol
ditekan
dan truk-truk pengangkut
produksi
meluncur terus ke pasar
leuwigajah tak mau
berhenti
dari pagi sampai pagi
asap crobong terus kotor
selokan air limbah
berwarna
mesin-mesin tak mau
berhenti
terus minta darah tenaga
muda
leuwigajah makin panas
berputar dan terus
menguras
BURUH-BURUH
di batas desa
pagi – pagi
dijemput truk
dihitung seperti
pesakitan
diangkut ke pabrik
begitu seterusnyamesin
terus berputar
pabrik harus berproduksi
pulang malam
badan loyo
nasi dinginbagaimana
kalau anak sakit
bagaimana obat
bagaimana dokter
bagaimana rumah sakit
bagaimana uang
bagaimana gaji
bagaimana pabrik? mogok?
pecat! mesin tak boleh
berhenti
maka mengalirlah tenaga
murah
mbak ayu kakang dari
desadisedot
sampai pucat
EDAN
Sudah dengan cerita
mursilah?
Edan…!!Dia dituduh maling
karena mengumpulkan serpihan kain
Dia sambung-sambung jadi
mukena untuk sembahyang
Padahal mukena tak dibawa
pulang
Padahal mukena dia taroh
di tempat kerja
Edan…!!Sudah diperas
dituduh maling pula
Sudah dengan cerita
santi?
Edan…!!Karena istirahat
gaji dipotong
Edan…!!
Karena main kartu lima
kawannya langsung dipecat majikan
Padahal tak pakai wang
Padahal pas waktu luang
Edan…!!
Kita mah bukan sekrup
SEORANG BURUH MASUK TOKO
masuk toko
yang pertama kurasa
adalah cahaya
yang terang benderang
tak seperti jalan-jalan
sempit
di kampungku yang
gelapsorot mata para penjaga
dan lampu-lampu yang
mengitariku
seperti sengaja hendak
menunjukkan
dari mana asalkuaku
melihat kakiku – jari-jarinya bergerak
aku melihat sandal
jepitku
aku menoleh ke kiri ke
kanan – bau-bau harum
aku menatap betis-betis
dan sepatu
bulu tubuhku berdiri
merasakan desir
kipas angin
yang berputar-putar halus
lembut
badanku makin mingkup
aku melihat barang-barang
yang dipajang
aku menghitung-hitung
aku menghitung upahku
aku menghitung harga
tenagaku
yang menggerakkan
mesin-mesin di pabrik
aku melihat harga-harga
kebutuhan
di etalaseaku melihat bayanganku
makin letih
dan terus dihisap
NONTON HARGA
ayo keluar keliling kota
tak perlu ongkos tak perlu biaya
masuk toko perbelanjaan tingkat lima
tak beli tak apa
lihat-lihat sajakalau pingin durian
apel-pisang-rambutan-anggur
ayo..
kita bisa mencium baunya
mengumbar hidung cuma-cuma
tak perlu ongkos tak perlu biaya
di kota kita
buah macam apa
asal mana saja
adakalau pingin lihat orang cantik
di kota kita banyak gedung bioskop
kita bisa nonton posternya
atau ke diskotik
di depan pintu
kau boleh mengumbar telinga cuma-cuma
mendengarkan detak musik
denting botol
lengking dan tawa
bisa juga kau nikmati
aroma minyak wangi luar negeri
cuma-cuma
aromanya sajaayo..
kita keliling kota
hari ini ada peresmian hotel baru
berbintang lima
dibuka pejabat tinggi
dihadiri artis-artis ternama ibukota
lihat
mobil para tamu berderet-deret
satu kilometer panjangnya
kota kita memang makin megah dan kaya
tapi hari sudah malam
ayo kita pulang
ke rumah kontrakan
sebelum kehabisan kendaraan
ayo kita pulang
ke rumah kontrakan
tidur berderet-deret
seperti ikan tangkapan
siap dijual di pelelangan
besok pagi
kita ke pabrik
kembali bekerja
sarapan nasi bungkus
ngutang
seperti biasa
SUTI
solo, Suti tidak kerja
lagi
pucat ia duduk dekat
amben-nya
Suti di rumah saja
tidak ke pabrik tidak ke
mana-mana
Suti tidak ke rumah sakit
batuknya memburu
dahaknya berdarah
tak ada biayaSuti
kusut-masai
di benaknya menggelegar
suara mesin
kuyu matanya membayangkan
buruh-buruh yang berangkat
pagi
pulang petang
hidup pas-pasan
gaji kurang
dicekik kebutuhanSuti
meraba wajahnya sendiri
tubuhnya makin susut saja
makin kurus menonjol
tulang pipinya
loyo tenaganya
bertahun-tahun dihisap
kerjaSuti batuk-batuk lagi
ia ingat kawannya
Sri yang mati
karena rusak paru-parunya
Suti meludah
dan lagi-lagi darah
Suti memejamkan mata
suara mesin kembali
menggemuruh
bayangan kawannya
bermunculan
Suti menggelengkan kepala
tahu mereka dibayar murah
Suti meludah
dan lagi-lagi darah
Suti merenungi resep
dokter
tak ada uang
tak ada obat
PERINGATAN
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus
asaKalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan
masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada
dan belajar mendengarBila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti
terancamApabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik
dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan
mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata:
lawan!.
NYANYIAN
AKAR RUMPUT
jalan raya dilebarkan
kami terusir
mendirikan kampung
digusur
kami pindah-pindah
menempel di tembok-tembok
dicabut
terbuangkami rumput
butuh tanah
dengar!
Ayo gabung ke kami
Biar jadi mimpi buruk presiden!
TENTANG SEBUAH GERAKAN
Tadinya aku pingin bilang
aku butuh rumah
tapi lantas kuganti
dengan kalimat
SETIAP ORANG BUTUH TANAH
ingat: Setiap orangaku
berpikir
tentang sebuah gerakan
tapi mana mungkin
aku nuntut sendirianaku
bukan orang suci
yang bisa hidup dari
sekepal nasi
dan air sekendi
aku butuh celana dan baju
untuk menutup
kemaluankuaku berpikir
tentang sebuah gerakan
tapi mana mungkin
kalau diam
Komentar
Posting Komentar